Pelarutan Batu Gamping Prawoto
(2001) dan Kiraly (2003) menyatakan bahwa hujan asam yang terjadi di suatu
daerah batu gamping dapat menyebabkan proses pelarutan pada batu gamping
tersebut dan akan menghasilkan larutan gamping (CaCO3) dengan kepekatan
tertentu sesuai dengan kepekatan hujan asam. Larutan gamping tersebut suatu
saat akan mengalami kristalisasi dan presipitasi menjadi bentukan-bentukan
endokarst dan eksokarst. Proses tersebut dikenal sebagai karstifikasi.
Erupsi
Merapi menghasilkan debu
dan gas
Gas-gas vulkanik yang terlarutkan
oleh air hujan akan menghasilkan hujan asam yang berpotensi menyebabkan
pelarutan kimiawi pada pebukitan batugamping. Kepekatan larutan CaCO3 tergantung dari kepekatan hujan
asam yang terjadi. Semakin pekat air larutan CaCO3 hasil pelarutan yang
terbentuk, semakin mudah terbentuknya endokarst dan eksokarst di pebukitan
batugamping. Apabila kepekatan larutan rendah atau tidak terjadi lagi pelarutan,
maka tidak akan terjadi endokarst dan eksokarst, artinya proses karstifikasi
tidak aktif atau untuk sementara berhenti hingga tersedia kembali larutan asam
yang pekat (berasal dari hujan asam).
Pada kekar, rekahan dan retakan
akibat struktur geologi berupa perlipatan dan sesar yang terjadi sepanjang
deretan pebukitan batugamping akan mempercepat pelarutan, air hujan yang
bersifat asam akan melarutkan batugamping melalui struktur-struktur tersebut
hingga suatu saat akan terbentuk gua-gua akibat keruntuhan dinding-dinding
sepanjang struktur.
Beberapa penyebab yang berpengaruh
terhadap terjadinya karstifikasi antara lain ;
Letusan Gunung Api
Letusan gunung api yang dahsyat
menghasilkan sejumlah besar debu dan gas yang dilontarkan ke udara dan
berpengaruh terhadap iklim global dunia. Pengaruhnya terhadap iklim dunia
berupa tutupan debu dan sebaran gas vulkanik hingga radius yang sangat luas.
Semburan
gas dan debu akan menyebar di atmosfer
Beget, drr. (1993) menyatakan bahwa
sebaran debu dan gas vulkanik sangat tergantung pada besarnya letusan, arah,
dan kekuatan angin, sehingga jarak tempuh debu dan gas sangat bervariasi dari
yang dekat atau hanya di sekitar tubuh gunung api hingga berkilo-kilo meter
jauhnya.
Dari kedua besaran letusan gunung
api tersebut di atas dapat diketahui bahwa bukan saja pebukitan batugamping di
dekat gunung api yang terpengaruh debu dan gas yang berasal dari suatu letusan,
tetapi pebukitan batugamping yang jaraknya sangat jauh pun terpengaruh.
Oleh sebab itu bukan hal yang
mustahil apabila pebukitan batugamping yang tidak berdekatan dengan gunung api
pun dapat mengalami proses karstifikasi yang sangat intensif bersamaandengan
letusan gunung api dahsyat di belahan bumi yang lain seperti Gunung Api Merapi,
Gunung Api Pinatubo, Gunung Api Tobapurba, Gunung Api Tambora, dan Gunung Api
Krakatau. Tiupan angin akan membawa debu dan gas vulkanik ke daerah pebukitan
batugamping di sekitar pusat letusan gunung api maupun yang amat jauh dari
pusat letusan gunung api. Apabila terjadi hujan maka terbentuklah hujan asam,
kepekatan asam yang terbentuk sangat tergantung pada media air yang akan
mengencerkannya.
Alur
Terbentuknya Acid Rain/ Hujan Asam
Semakin pekat asam yang terbentuk
dan bersentuhan dengan batugamping, maka segera terjadi proses pelarutan
batugamping tersebut dan menghasilkan larutan gamping pekat mengikuti struktur
geologi yang ada.Letusan gunung api yang besar menghasilkan debu dan gas
vulkanik dalam jumlah yang sangat besar, dan segera setelah itu akan bereaksi dengan
air hujan menjadi hujan asam. Jenis asam yang terbentuk, antara lain: H2SO4,
H2CO3, HCl, HNO3, dan HF.
Diantara asam-asam tersebut ada yang
sangat reaktif terhadap batugamping sehingga akan menjadi pemicu proses
pelarutan batugamping yang merupakan salah satu faktor di dalam proses
karstifikasi.
Pengaruh Curah Hujan
Curah hujan akan mempengaruhi
pembentukan hujan asam, semakin besar curah hujan yang terjadi pada saat
letusan atau mendekati setelah letusan, maka akan terjadi pengenceran asam yang
terbentuk, sebaliknya semakin kecil curah hujan yang terjadi maka akan semakin
pekat hujan asam yang terbentuk.
Hujan asam dapat terjadi pada saat
atau setelah letusan gunung api berlangsung kemudian menjadi media yang
melarutkan batugamping. Perubahan gas CO2 dari fase gas menjadi cairan berupa
hujan asam yang berpotensi menjadi pemicu pelarutan batugamping kemudian akan
berubah bentuk padat setelah melewati proses pengkristalan dan pengendapan.
Demikian juga berlaku analogi terhadap gas-gas vulkanik lainnya.
Proses pelarutan oleh asam
bikarbonat (H2CO3) adalah sebagai berikut:
CO2 + H2O + CaCO3 ------->
(CaHCO3)2
Terlarut dalam aliran, dengan
mekanisme sebagai berikut:
2H2O + 2CO2 -------> 2H2CO3
2H2CO3 -------> 2H2+ 2(HCO3)
2H2+ + 2(HCO3)- + CaCO3 ------>
H2O + CO2 + Ca2 + 2(HCO3)- (sebagai larutan bikarbonat)
Dengan semakin banyak kekar, retakan dan rekahan pada lapisan batugamping maka akan semakin mudah terbentuk proses karstifikasi, yakni pembentukan gua-gua, endokarst dan esksokarst, serta meninggalkan bentukan eksokarst berupa sisa-sisa tubuh batugamping berupa Sinkhole, Pinacle dengan lubang-lubang pelarutan oleh hujan asam. Kastning dkk (1999) Sinkhole terbentuk secara perlahan-lahan sejalan dengan pelarutan oleh media pada batuan dasar di bawah permukaan.
Dengan semakin banyak kekar, retakan dan rekahan pada lapisan batugamping maka akan semakin mudah terbentuk proses karstifikasi, yakni pembentukan gua-gua, endokarst dan esksokarst, serta meninggalkan bentukan eksokarst berupa sisa-sisa tubuh batugamping berupa Sinkhole, Pinacle dengan lubang-lubang pelarutan oleh hujan asam. Kastning dkk (1999) Sinkhole terbentuk secara perlahan-lahan sejalan dengan pelarutan oleh media pada batuan dasar di bawah permukaan.
Pelarutan terjadi sepanjang zona
lemah, retakan, rekahan atau celahan rambut. Maka peranan geotektonik menjadi
sangat penting dalam proses karstifikasi, di samping larutan asam pekat dari
hujan asam yang terjadi akibat letusan gunung api, demikian juga analog pada
gas-gas vulkanik yang lainnya.
Berbagai Bentukan Endokarst
Proses terjadinya bentukan-bentukan endokarst tersebut sangat dipengaruhi oleh larutan gamping (CaCO3) saat melewati bukaan retakan, rekahan dan kekar dari yang sangat sempit hingga lebar.
Shelf Stone (teratai gua) dan Flow Stone
Pada bukaan sangat sempit akan membentuk stalagmit dan stalagtit melalui pengendapan larutan gamping yang membentuk lapisan kristal warna-warni tergantung pengotoran larutan dan jenis asam yang melarutkan batugamping. Pada bukaan yang cukup lebar akan terjadi bentukan berupa pengendapan dan pengkristalan gamping (CaCO3) dari larutan yang sangat pekat yang meleleh atau mengalir sangat lambat membentuk flowstone dan bentukan-bentukan endokarst lain yang sangat aneh, hal tersebut hanya dapat dibentuk oleh larutan yang sangat pekat dan larutan tersebut hanya diperoleh pada pelarutan batugamping oleh asam yang pekat - sangat pekat.
Sayatan endokarst menunjukkan umur perlapisan, dapat dilakukan
carbon dating untuk setiap perlapisan, apakah ada kaitannya dengan letusan
gunung api pada saat itu. Di samping itu unsur-unsur pembentuk perlapisan
perlu diketahui guna memprediksi jenis asam yang berfungsi sebagai media
pelarut batu gamping.
Sumber Artikel : Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi
0 komentar:
Posting Komentar